Selain di Candi Borobudur, perayaan Waisak Nasional juga digelar di lokasi lain, yakni Candi Mendut.
Acara yang digelar di sana, antara lain adalah Pensakralan Api Dharma yang diambil dari Mrapen dan Air Suci yang diambil dari Umbul Jumprit.
Adapun Candi Mendut adalah situs sejarah yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan memiliki wawasan mendalam tentang warisan keagamaan dan budaya Buddha.
Terletak hanya sekitar 3 kilometer dari Candi Borobudur, Candi Mendut menjadi salah satu tujuan wisata bersejarah yang tak boleh dilewatkan bagi para pengunjung yang tertarik dengan sejarah dan Kebudayaan Indonesia.
Lokasi dan asal usul nama Mendut
Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, tepatnya di Jalan Walikota Kusen.
Nama “Mendut” sendiri berasal dari nama desa tempat candi ini berada. Candi ini adalah sebuah candi Buddha yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra, sebuah dinasti yang memainkan peran penting dalam penyebaran ajaran Buddha di Jawa.
Menurut JG de Casparis, seorang ahli arkeologi Belanda, Candi Mendut dibangun pada tahun 824 M oleh Raja Indra dari Dinasti Syailendra.
Pembangunan candi ini tercatat dalam Prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 M, yang menyebutkan bahwa Raja Indra membangun sebuah bangunan suci bernama çrimad venuvana, yang berarti “bangunan suci di hutan bambu”.
Hal ini menunjukkan bahwa Candi Mendut memiliki hubungan erat dengan ajaran dan praktik keagamaan Buddha.
Sejarah penemuan dan pemugaran Candi Mendut
Meskipun dibangun pada abad ke-9, Candi Mendut mengalami kemunduran seiring dengan runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno dan letusan Gunung Merapi yang menyebabkan candi ini terkubur oleh tanah dan pasir.
Candi ini baru ditemukan kembali pada tahun 1836 dalam kondisi tertutup tanah dan semak belukar. Pada saat penemuan, sebagian besar struktur candi sudah runtuh, meskipun seluruh bangunannya ditemukan kecuali bagian atapnya.
Sejak penemuan kembali tersebut, Candi Mendut telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada tahun 1897 hingga 1904, upaya pemugaran pertama dilakukan oleh pihak Belanda, yang berhasil memperbaiki bagian kaki dan tubuh candi.
Kemudian, pada tahun 1908, T. Van Erp melanjutkan pekerjaan tersebut, bekerja sama dengan perbaikan Candi Borobudur. Namun pemugaran tersebut belum sepenuhnya selesai, terutama pada bagian atap candi.
Baru pada tahun 1925, beberapa stupa kecil berhasil dipasang kembali pada atap Candi Mendut, menandakan pemugaran yang lebih menyeluruh.
Arsitektur Candi Mendut
Candi Mendut terbuat dari batu andesit pada bagian luar dan bata pada bagian dalamnya. Arsitektur candi ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni kaki, tubuh, dan atap.
Candi ini memiliki denah berbentuk persegi panjang dengan tinggi bagian kaki (batur) mencapai 3,7 meter.
Terdapat tangga masuk yang terdiri dari 14 anak tangga menuju pintu masuk candi. Uniknya, Candi Mendut menghadap ke barat laut, berlawanan dengan Candi Borobudur yang menghadap ke timur.
Di bagian atap candi, terdapat 48 buah stupa yang terbagi dalam tiga tingkat: 24 stupa pada tingkat pertama, 16 stupa pada tingkat kedua, dan 8 stupa pada bagian atas.
Setiap sisi tangga dihiasi dengan makara, yaitu bentuk kepala naga berbelalai gajah yang mulutnya terbuka lebar, dengan dua pasang makara di sisi tangga yang menambah nilai artistik candi ini.
Relief-relief di dinding pipi tangga menggambarkan cerita-cerita yang mengandung ajaran Buddha, seperti Pañcatantra dan Jataka. Pañcatantra merupakan karya sastra yang mengajarkan kebijaksanaan duniawi, terutama mengenai ilmu politik dan ketatanegaraan.
Sementara itu, relief Jataka menggambarkan cerita-cerita hewan yang mengandung makna ajaran hukum “sebab dan akibat”, mengajarkan nilai moral dan etika kehidupan.
Arca-arca Buddha di Candi Mendut
Di dalam bilik candi terdapat tiga arca Buddha yang sangat penting dalam tradisi Buddha. Arca pertama adalah Cakyamuni, Buddha yang sedang duduk bersila dan sedang mengajarkan khotbah.
Arca kedua adalah Avalokitesvara, seorang Bodhisattva yang dikenal sebagai penolong umat manusia. Arca ketiga adalah Maitreya, Bodhisattva yang diyakini akan menjadi Buddha di masa depan, yang akan membebaskan umat manusia dari penderitaan.
Saat ini, Candi Mendut tidak hanya berfungsi sebagai situs peribadatan umat Buddha, tetapi juga sebagai salah satu destinasi wisata bersejarah yang menarik banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Candi ini menjadi tempat yang penting untuk mempelajari lebih lanjut tentang sejarah, Kebudayaan, dan ajaran Buddha, serta menikmati keindahan arsitektur kuno yang terawat dengan baik.
Leave a Reply