Tenun Ikat dari Indonesia Timur Diperkenalkan di Belanda

9 Jun 2025 1 min read No comments Berita
Featured image

 Tenun ikat dari Indonesia Timur dipamerkan di Indonesia House Amsterdam, Belanda, mulai Jumat, 23 Mei 2025. Bertajuk “Women and Weaves: Eastern Indonesia Textile Prelude”, pameran selama dua bulan ini bertujuan memperkenalkan tradisi tenun ikat Indonesia kepada masyarakat Belanda.

Pameran yang dibuka oleh Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Mayerfas, ini tidak hanya membahas tenun ikat, tetapi juga menyoroti peran penting para penenun perempuan dari Lombok, Sumba, Bali, Timor, Maluku, dan Papua.

“Selain makna mendalam dari tiap polanya yang unik, tenun menceritakan kisah spiritualitas, kekeluargaan, keharmonisan—dan yang terpenting, kekuatan dan semangat para perempuan di balik tenun itu sendiri,” kata Mayerfas dalam sambutan pembukaannya.

Pameran yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonsia bekerja sama dengan Yayasan Kembang Sepatu (Stichting Hibiscus) yang dimotori Ine Waworuntu itu menjadi eksposisi tenun pertama dan terbesar yang pernah diselenggarakan di Belanda, sekaligus menandai tonggak penting dalam diplomasi budaya Indonesia di Eropa.

Dalam pameran itu juga digelar bincang-bincang tentang tradisi kain tenun di Indonesia Timur, mulai dari proses pembuatan tenun, pelestarian tradisi dan kearifan lokal, serta makna filosofis dari setiap pola yang menggambarkan hubungan mendalam antara alam, masyarakat, dan nilai-nilai spiritual. Diskusi ini mengahdirkan Myra Widiono (Pendiri Rumah Rakuji dan Ketua Warlami– Lembaga Pewarna Alam Indonesia), Loes Leatemia dari Weaving Worlds, dan Bertha Tanaem dari Indonesia Nederland Youth Society (INYS), dengan moderator Olivia de Ruiter juga dari Weaving Worlds.

Tenun Belum Dikenal Luas di Belanda

Bertha, seorang diaspora asal Timor yang aktif mempromosikan tenun, mengatakan bahwa kebanyakan orang Belanda mengenal batik sebagai kain Indonesia. Namun, tak banyak yang mengenal tenun. “Sudah saatnya juga untuk memperkenalkan kerajinan yang indah ini dan penggunaan pewarna alami ke sekolah-sekolah dan akademi mode di Eropa,” kata Bertha yang tinggal di Belanda sejak 2015.

Bertha yang menggukan tenun dalam kehidupan sehari-harinya menambahkan bahwa tenun ikat perlu dipromosikan lebih sering melalui berbagai acara dan festival. “Pada saat yang sama, kita harus menumbuhkan apresiasi budaya yang lebih intensif melalui program pertukaran,” kata dia.

Tenun ikat dari Indonesia Timur memiliki motif dan warna yang sarat dengan makna. Menurut Kementerian Kebudayaan, pembuatan motifnya dilakukan menggunakan teknik ikat. Teknik ikat ini dilakukan pada bagian-bagian tertentu dari benang, dengan maksud agar bagian-bagian yang terikat itu tidak terwarnai ketika benang dimasukkan kedalam cairan pewarna. Bagian-bagian yang diikat telah diperhitungkan agar setelah ditenun akan membetuk motif-motif yang sesuai dengan keinginan pembuatnya.

sumber: tempo.co

Author: Nusavarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *